This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Label

Minggu, 07 Oktober 2012

Menejemen Saluran Nafas (Airway management)

Management airway
Pentingnya menjaga patency saluran nafas (airway)

  • Penting untuk melakukan anesthesia yag aman dan sukses
  • Selama resusitasi, sering terdapat airway yang mengalami obstruksi sebagai akibat atau dapat menyebabkan hilangnya kesadaran
  • Semua dokter harus mempunyai skills maintenance airways
Masalah – masalah dengan airways

  • Suara : snoring, gurgling, crowing, wheezing
  • Indrawing spasium supaclavicular, suprasternal, dan intercostal
  • Menggunakan otot aksesoris atau adanya pergerakan respirasi yang paradox
  • Masalah utama adalah obstruksi


Penyebab obstruksi airways yang lazim :
-          Upper airways : Lidah, pembengkakan jaringan lunak, darah, vomit, direct injury
-          Laryng : Foreign material, Direct injury, Pembengkakan jaringan lunak
-          Lower airway : Sekersi, odem, darah, bronchospasm, aspirasi gastric content

Cara mngetahui adanya obstruksi saluran nafas :
-          Look : Pergerakan dada/abdomen
-          Listen : mulut dan hidung, suara nafas, dan suara abdomen
-          Feel : mulut dan hidung untuk udara yang diekspirasi

Suara abnormal obstruksi jalan nafas :
-          Snoring : adanya obstruksi upper airway oleh lidah
-          Gurgling : adanya obstrulsi saluran nafas bawah akibat adanya cairan
-          Wheezing (mengi) : akibat adanya penyempitan lower airway
-          Complete airway obetruks -> silent

Cara membersihkan airway dari material :
-          Suction
-          Postural airways maneuver
-          Basic life support choking protocol

Cara membuka saluran nafas
-          Tanpa alat :

  •  Head tilt / chin lift
  •  jaw thrust

-          Dengan alat :
  • Oronasopharyngeal airway : paling lazim digunakan.
    • Oropharingeairway : tabung plastic melengkung, untuk menvegah kembali ke faring
    • Ukurannya bervariasi : neonates – dewasa
    • Ukuran yang dipilih : ukur panjang jalan nafas dari ujung mulut sampai angulus mandibular.
    • Cara memeasukkan : masukkan dengan ujung nya menghadap ke atas sejauh palatum durum, kemudian rotasikan 180 derajat, masukkan sampai ful sampai bagian flange ada didepan gigi atau gusi pada pasien yang tidak punya gigi

  • Nasopharyngeal airway
    • Tabung plastic lunak danbulat, dimana bagian bevel ditempatkan pada faring dan bagian flange pada bagian nasal
    • Ukuran ada diameter internal
    • Memilih ukuran : bandingkan diameternya pada diameter nares
    • Cara memasukkan : sebelum dimasukkan pastikan bahwa nostril paten dan Nasopharingeal airway di beri lubrikan

  • ET :
    •  Indikasi :
      •  Memberikan PPV
      • Keep airway patent
      •  Resiko aspirasi

    • Alat untuk intubasi :
      •  Laryngoscope
      • Tracheal tube
      •  Spuit cuff
      •  Suction
      • Stethoscope
      • Tambahan : plester unutk fiksasi, Magill’s Forcep, Stylet


    •  Cara memasukkan :
      • Posisi operator yang sesuai
      •  Pegang handle laryngoscope
      •  Berikan tekanan pada cricoid. Sellick manoever :
        • Tekan pada kartilago cricois akan menekan esophagus pada cartilage VC 7 -> mencega regrgitasi passive
        •  Dilakukan dengan menggunakan jempol dan 2 jari pertama, sedangkan tangan lain diletakkan di belakang leher
        • Diaplikasikan pada pasien yang hilang kesadaran sampai tabung sudah bias dimasukkan
      • Metode membuka mulut
      •  Masukkan laryngoscope blade –untuk mengontrol lidah
      • Tongue displacement medially – untuk visualisasi glottis
      • Advanced laryngoscope into position ( vallecula ntuk curve blade, under epiglottis unutk straight blade
      •  Naikkan basis lingua (lidah) dan ekspos pembukaan glottis
      •  Insert ET dengan pengelihatan langsung sampai 23 – 25 cm pada lidah
      •  Ambil stylet dan laryngoscope, inflasikan tabung
      • Confirmasi posisi tabung – dengan mendengar suara udara, tau CO2 detector
      •   Amankan ET


    •  Komplikasi ET :
·         Hypoxia, akibat :
o   Intubasi esophageal
o   Gagal intubasi dan tidak mampu ventilasi
o   Gagal ventilasi setelah intubas
o   Aspirasi
·         Trauma -> lidah, gigi, bibir, faring, larynx, hidung, nsopharinx -> pembengkakanan dan pendarahan
·         Aktivitas reflex
o   Hipertensi
o   Vomiting
o   Laryngeal spasm



Laryngeal mask airway (LMA)
§  Terdiri dari mask yang ditempatkan di laring. Terdapat inflatable cuff -> mengunci dan menstabilkan
§  Ukuran bermacam macam
§  Untuk PPV, tapi cegah high inflation pressure
§  Keuntungan disbanding face mask :
·         Tidak terpengaruh posisi pasien
·         Tidak perlu menjaga posisi
·         Mengurang resiko aspirasi
·         Berguna untuk ET yang sulit dan selama prosedur CPR
§  Cara memasukkan :


Emergency Airways Technique
-          Needle Cricothiroidotomy
o   Pada membrane cricothyroid, puncture dengan menggunakan large bore cannula (12 – 14 gauge) menempel pada syringe
o   Aspirasi udara
o   Sudut jarumnya 45 derajat kearah caudal
o   Masukka oksigen aliran tinggi pada canulla dan insufflasi selama 1 detik, kmudian selama 4 detik untuk istirahat
o   Batasi 30 menit (bahay hypercarbia), butuh definitive airway
-          Surgical cricothiroidotomy : make enough incision melalui membrane cricothiroid
o   Masukkan tracheotomy atau tracheat tube
o   Advantage : adekuat ventilasi, menjamin oksigenasi, eliminasi CO2, airway suction unutk mengilangkan darah dan debris
-          Face mask :
o   Berbagai ukuran, yang paling kecil, paling bagus mengunci digunakan untuk memenimalkan dead space
o   Transparent mask : identifikasi vomit
o   Harus di disinfeksi dulu
o   Masalah :
§  Inability maintain seal
§  Fatigue
§  Risk aspirasi

Trauma THT (telinga, Hidung, dan Tenggorokan)



Trauma pada ENT (telinga, hidung dan tenggorokan) bias any berhubungan dengan trauma kepala dan leher. Oleh karena lokasinya tersebut, trauma ENT dapat menyebabkan kondisi gawat darurat. Penyebab trauma ENT yang lazim adalh kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan di rumah. Trauma TElinga dan leher mencangkup 1 atau lebih struktur / organ, yaitu :

  • Maxillofacial : nasal, paranasal, maxilla, dan mandibular
  • Cavitas oral : dens, palatum, dan lidah
  • Faring : nasofaring, orofaring, hypopharing
  • Laringotracheal
  • Leher : jaringan lunak, otot, vasa, glandula
  • Telinga : eksternal, media, internal
Tipe cedera pada trauma ENT :
a.       Penetrating injury : sepeti akibat tembakan, akibat ledakan bomb, benda tajam, dan kecelakaan lalu lintas
b.      Trauma tumpul
c.       Trauma bahan kimia
Prinsip manajemen
1.       Penetalaksanaan umum yang dilakukan untuk pasien yang mengalami  cedera, yaitu melakukan Basic Life support, yang meliputi
-          Airway (lakukan pembukaan jalan nafas)
o   Chin lift
o   Jaw thrust
o   Intubation
o   Cricothyroidotomy
o   Tracheostomy : Emergency tracheostomy = laryngotomy / cricothyroidotomy
§  Note : jikaada cedera cervical jangan lakukan Head tilt / cegah hyperexstensi leher
Macam macam cedera yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas
1.       Cedera maxillofacial
2.       Cedera cavitas oral
3.       Cedra pharyngeal
4.       Cedera laryngotracheal
5.       Cedra penetrating
6.       Cedera tumpul

-          Breathing
-          Circulation
2.       Pemeriksaan fisik
-          Evaluasi cedera otak dan cranial – evaluasi dan tentukan level kesadaran dengan mengunakan GCS
3.       Pemeriksaan ENT
Pemeriksaan ENT dilakukan setelah pasien stabil. Kelainan yang dapat ditemukan :
1.       Trauma Jaringan lunak dan auricular
Berhubungan dengan pendarahan yang massive. Pendarahan tersebut biasanya berasal dari robeknya arteri facial maupun arteri temporalis superficial. Pendarahan harus dikontrol dengan menggunakan prinsip tekn langsung pada arteri tersebut, kemudian diikut denganligasi dengan hati – hati pada luka. Menajemen luka bergantung pada tipe dari luka.
Trauma pada telinga luar dapat menyebabkan
o   Hematoma
o   Laserasi
o   Avulsi
o   Fraktur
2.       Perforasi membrane timpani (traumatic)
Gejala yang dialami pasien, meliputi nyeri, pendarahan, kehilangan pendengaran, tinnitus, vertigo (kecenderungan cedera auris interna), purulent otorrhea dapat berlangsung dalam 24 jam sampai 48 jam, khsusnya ketika air masuk auris media.  Penurnuna pendengaran yang parah jika Kerusakan pada ossiculus auditiva, atau adanya cedera pada aurin interna. Penyebab dari perforasi membrane timphani (traumatic), yaitu :
a.       Adanyabenda yang dimasukkan ke dalam canalis acusticus eksterna untuk tujuan tertentu atau secara ketidaksengajaan
b.      Benturan keras pada telinga
c.       Trauma kepala(dengan atau tanpa fracture basilar)
d.      Tekanan negative yang mendadak (string suction pada canalis accusticuseksterna)
e.      Barotrauma (selama perjalanan udara atau diving)
f.        Iatrogenic perforation selama irigasi telinga atau saat mengambil benda asing
Diagnosis : otoscopy dan audiometry
Treatment : jaga telinga tetap kering, oral atau topica antibiotics jika terjadi dirty injury, kadang – kadang ga butuh tx, antibiotic dapat diberikan jika terjadi infeksi, operasi apabila :
o   Perforasi terjadi lebih dari 2 bulan
o   Kerusakan ossicus auditiva
o   Cedera pada auris interna

3.       Fraktur sinus paranasal
PEnggunaan CT scan menjadi pilahan untuk evaluasi keadaan ini. Selin itu juga dlakukan directcornal imaging unutk mengevaluasi lantai orbit dan basis cranii. Yang perlu diwaspadai adalah fracture zygomaticomaxillry


4.       Fraktur nasal
Fraktur atau cedar apada os atau kartilago nasi, fraktur nasi termasuk fraktur yang os pada wajah yang sering mengalami fraktur. tanda dan gejala :
o   Pembengkakan, nyeritekan astu titik, hypermobility, crepitus
o   Epitaxis(indikasa fracture jika ada trauma facial) , periorbital bruishing
o   Adanya deformitas septum, pembengkakan, laserasi
o   Adanya ecchymosis (pada nasal atau periorbital)
o   Adanya nasal obstruction
o   CSF rhinorrhea (bias jernih atau bercampur darah)
o   Pemeriksaan : Px exam, x ray ada fraktur nasi yang uncomplicated, CT
o   Penegakan diagnosis : klinis
o   Tx :
§  Reduksi (delayed reduction)-> ditunda selam 3 – 5hari setelah cedar agar pembengkakan mereda tapi harus dilakukan dalam waktu 2 – 3 minggu sebelum callus tulang terbentuk.
§  Stabilisasi melalui internal packing, splinting
§  Hematoma septal didrainase dengan cepat (jangan ditunda)
Berdasarkan mekanisme cedera :
§  Fraktur maxilla, orbita, dan lamina cribiformis
§  Cedera pada udctus nasolacrimalis dapat juga terjadi
Komplikasi akibat fraktur nasi :
o   Deformitas kosmetik dan obstruksi fungsional
o   Hematoma septal:
§  Lead to avascular
§  Necrosis septal pada cartilage denga deformitas
o   Fraktur lamina cribiformis -> kebocoran CSF, dengan peningkatan resiko meningitis dan abses otak


5.       Fraktur maxilla
6.       Fraktur mandibular
7.       Fraktur laring dan Fractur trachea
o   Cedera laring jarang (< 1 %). Biasanya cedera laring ini berhubungna dengan (intracaranial (13%), cervical spine (8%), esophagus injury (3%))
o   Mekanisme cedera:
§  Cedar laryng diklasifikasikan menjadi :
·         Cedera tumpul
·         Cedera penetrating
o   History And px
§  Riwayat trauma leher anterior
§  Gejala : obstruksi saluran nafas, dyspnea, dan dysphonia, hoarseness/ perubahan pada suara pasien, dysphagia, odynophagia, nyerileher depan. Sulit bernafas -> menendakan cedar yang berat.
o   Px : Stridor, emphysema subcutan, hemoptysis, laryngeal tenderness, loss kartilagotiroid prominence, ecchymosis atau edema pada kulit. CT with fine cuts 1 mm untk evaluasi laryng.
o   Tx : Airway management, Mdical Management, surgical management -> open exploration
8.       Penetrating face and neck
o   Berhubungan dengan pendarahan yang massive, obstruksi airway dan emboli udara.
o   Fracture os temporal :
§  Setelah severe blunt trauma pada kepala
§  Kadang2 mencangkp struktr telinga
§  Gejala : hearing loss, vertigo, gangguan keseimbangan, paralisis facial
§  Dx : CT scan, assessment fungsi nervus facialis dan nervus VIII
§  Tx :
·         Facial nerve injury, hearing Loss, disfungsi vestibular
·         Protect airway
·         Kebocoran CSF
o   Pharyngeal and esophageal Trauma :
§  Gejala : rieayat trauma region leher, Perubahan suara, dan kesulitan menelan, pneumomediastinum
§  Dx : Klinis dan CT scan
§  Tx : surgery
9.       ENT situation yang tidak berhubungan dengan trauma :
a.       Sudden deafness
SNHL, Rapid loss hearing, terjadi sealam 3 hari, dipertimbangkan sebagai kondisi emergency
4 theoritical pathwy :
§  Labyrinthine viral infection
§  Labyrintine vascular compromise
§  Intracochlear embrane rupture
§  Immune – mediated inner ear disease
b.      epitaxis



Sabtu, 22 September 2012

MAXILLO FACIAL TRAUMA (TRAUMA WAJAH)



Trauma pada struktur anatomi maxillofacial sangat membutuhkan perahatian khusus. Hal ini dikarenakan muka mendukung beberapa fungsi tubuh yang vital,seperti melihat, mendengar, membau, bernafas, makan,berbicara.Regio maxillofacial dibagi menjadi 3 bagian :

  • Upper face : fraktur (patah tulang) mencngkup os frontal dan sinus frontal
  • Midface : midface dibagi menjadi 2 bagian
    • Upper part, terdiriatas os nasal, os zygomaticus, os ethmoid,bagian os axilla yang tidak ada gigi nya. Pada bagian ini terjadi fraktur os maxilla tipe Le Fort II dan Le Fort II, yang mencangkup fraktur pada os nasal, komplek nasoethmoidal atau kompleks Zygomaticomaxillari dan dinding orbital
    • Lower midface : trdiri dari alveolus maxilla, gigi, dan terjadi frkatur maxilla tipe Le Fort I
  • Lower face : Terdiri dari mandibula

Frekuensi
Lebih dari 3 juta orang di amerika mengalami trauma / cidera seperti ini.

Etiologi
Facial trauma pada daerah urban disebabkan oleh perkelahian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan kecelakaan industry. Penyebab lain yan penting meliputi, trauma penetrasi (luka pisau atau luka tembak), domestic violence, dan kekerasan pada anak dan orang tua
Os nasal, mandibula, dan zygoma, merupakan tulang yang paling sering mengalami frakturselama perkelahian.


Patofisiologi
Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau low impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi. Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan kerusakan dan masing masing region berbeda – beda. Margo Supraorbital, maxilla, dan mandibula (bagian syimphisis dan angulus) dan frontal membutuhkan gaya yang high impact agar bias mengalami kerusakan. Sedangkan os zygoma dan os nasal dapat mngalami kerusakan hanya dengan terkena gaya yang low impact.

Berikut ini masing – masing penyebab fraktur pada maxilla facial trauma :
  • Fraktur os frontal : Disebabkan oleh pukulan yang keras pada bagian dahi. Mencangkup Tabula anterior dan tabula posterior sinus frontalis. Apabila tabula posterior mengalami fraktur, diperkirakan akan menyebabka luka pada dura mater (meninges). Selain itu sering juga terjadi kerusakan duktus naso frontal
  • Fraktur dinding bawah / lantai orbita : cidera pada lantai orbita dapat terjadi sebagai fraktur yang sendiri, namun dapat juga menyebabkan fraktur dinding medial.  Adanya fraktur tersebut menyebabkan adanya peningkatan tekanan pada intraorbita yang dapat merusak aspek terlemah dari dinding orbit, yaitu dinding medial dan lantai. AKibatnya herniasi dari struktur yang terdapat didalam orbita ke dalam sinus maxillary dapat terjadi dan insidensi yang tinggi pada cidera mata, namun bulbus oculi jarang sapai rupture.
  • Fraktur nasal : disebabkan oleh gaya yang ditransmisikan oleh trauma langsung
  • Fraktur nasoethmoidal : perluasan dari tulang nasal hingg tulang etmoid dan dapat mnyebabka kerusakan canthus medial mata, apparatus lacrimal ata ductus nasofronta lis. Dapat juga menyebabkan laserasi pada lamina cribrosa os frontal
  • Fraktur arcus zygomaticus : disebabkan karena pukulan langsung pada arcus zygomaticus  dapat mnyebabkan fraktur pada sutura zygomaticotemporal
  • Fraktur kompleks zygomaticomaxilla : fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung. Garis fraktur meluas melalui sutura zygomaticotemporal, zygomaticofrontal, zygomaticomaxlla dan artikulasi dengan ala magna os sphenoid. Garis fraktur biasanya meluas hingga foramen intraorbita dan lantai orbita. Cidera ocular yang bersamaan juga sering terjadi.
  • Fraktur maxilla : Diklasifikasikan menjadi Le Fort I, II atau III
    • Fraktur Le Fort I merupakan fraktur maxilla horizontal yang menyilangi aspek inferior  maxilla dan memisahkan procesus alveolar yang mengandung gigi maxilla dan  palatum durum dari bagian lain maxilla. Fraktur meluas melalui 1/3 bawah septum dan mecangkup sinus maxilla medial dan lateral meluas ke os alatum dal pterigoid
    • Fraktur Le Fort II merupakan fraktur pyramidal yang dimulai dari os nasal dan meluas melalui os etmoid dan os lacrimal, turun kebawah melalui sutura zygomaticofacial, berlanjut ke posterior dan lateral melalui maxilla, dibawah zygomaticus dan kedalam pterigoid
    • Fraktur Le Fort III atau disebut juga craniofacial dysjunction  merupakan terpisahnya semua tulang muka dari basis crania dengan fraktus simultan zygoma, maxilla, dan os nasal. Garis fraktur meluas ke posterolateral melaui os etmoid, orbits, dan sutura pterygomaxilla samapi kedalam fossa sphenopalatina.
  • Fraktur Mandibula : Dapat terjadi pada banyak lokasi disebabkan  bentuknya  yang seperti huruf U dan lemahnya  condylar neck. Fraktur dapat terjadi bilateral pada tepat yang terpisah dari tempat mengalami trauma langsung.
  • Fraktur Alveolar : dapat terjadi akibat gaya Low impact atau dapat disebabkan dari perluasan garis fraktur melalui porsio alveolar dari maxilla dan mandibula
  • Fraktur panfacial : biasanya disebabkan akibat mekanisme yang high impact yang menyebabkan cedera pada wajah bagian atas, mid face, dan lower face. Farktur ini dapat teriri dari 3 dari 4 unit facial. 



Presentasi klinis
Fraktur os frontal
Presentasi : gangguan atau adanya krepitasi pada margo supraorbita, emphsema subcutan dan parestesia nervus supraorbita dan nervus supratrochlear. Pada pasien yang sadar, nyeri wajah merupakan gejala yang lazim. Laserasi, kontusio atau heatoma pada dahi  merupakan tanda cidera sinus frontal. Depresi yang tampak pada dahi merupakan tanda yang penting, namun dapat dengan mudah tidak teramati pda presentasi akut karena berkaitandengan edema jaringan luna. CSF (Cerebrospinal fluid) rhinorrhea. Halo sign atau B2 – transferring untuk konfimasi kebocoran

Fraktur lantai orbita
Presentasi : edemaperiorbita, crepitasi, ecch mosis, enophtalmos dan cidera ocular. Nervus infraorbita sering juga mengalami kerusaka kerusakan nervus infraorbita dapat mnyebabkan paresthesia atau anesthesia pada sisi lateral hidung, bibir bagian atas dan g inggiva maxilla pada sisi yang terkena.  Adanya disfungsi pergerakan bola mata ke atas dank e arah lateral akibat terjebaknya musculus rectus inferior. Apabila entrapment nervus terjadi, intervensi surgical emergency harus segera dilakuakan, untuk mencegah atrofi m.rectus inferior.

Fraktur nasal
Presentasi : hidung mengalami edema dan nyeri tekan, terdapat displacement, crepitasi dan epitaxis. Inspeksi septum untuk ekslusi septal hematomayang terjadi pada anak.

Fraktur Nasoethmoidal
Presentasi : Telecathus (peningkatan jarak antara canthus medial kedua mata), epitaxis, cerebrospinal fluid rhinorrhea, dan epiphora yang disebabkan oleh terhalangnya ductus naso lacrimal


Fraktur arcus zygomaticum
Presentasi : nyeri saat palpasi dan keterbatasan gerak mandibula disebabkan interferensi pergerakan processus coronoideus mandibula pada pemeriksaan fisik

Fraktur kompleks zygomaticomaxilla
Presentasi : depersi malar, pendataran tulang pipi, nyeri tekan penonjolan zygoma. Flame sign : jerusakan dan depresi tendon canthal lateral, pendarahan sub conjunctival, paresthesi pada sisi lateral hidung dan bibir bagian atas, diplopia akibat m. rectus inferior, intraoral ecchimosis


Faktur maxilla
Presentasi :
Le Fort I : edema facial dan mobilitas padi palatum durum dan alveolus maxilla dan gigi
Le Fort II : Edem Facial, Tele canthus, pendarahan subconjunctival, mobilitas maxilla, pada sutura nasofrontal,epitaxis, dan kemungkinan rhinorrea CSF
Le Fort III : Edema massive, dengan wajah tampak membulat, memanjang da mendatar, Epitaxis, rhinorrea CSF, dan pergerakan tulang wajah akibat manipulasi gigi, dan palatum durum

Fraktur Alveolus
Presentasi : pendarahan gingival, mobilitas alveolus, dan longgarnya gigi

Fraktur Mandibula
Presentasi : Fraktur Condilus (tampak nyeri saat palpasi anterior Meatus acusticus externa), COnylus yang fraktur gak akan bergerak ketika mandibula membuka atau menutup. Fitur yang lazim: nyeri saat menggerakan rahang, malocculusi gigi, dan ketidak mampuan membuka mulut, mobilitas dan crepitasi pada symphisis,angulus atau corpus. Intraoral edema, ecchymosis, pendarahan gusi. Kerusakan nervus alveolar,mencangkup rus mental dapat menyebabkan paresthesia atau anesthesia setengah dar bibir bagian bawah, gigi dan gusi.

Jumat, 21 September 2012

TATA LAKSANA PASIEN YANG TERSEDAK (CHOKING management)


Tersedak (Choking ) terjadi ketika benda asing tersangkut pada tengorokan, dan menghalangi aliran udara.
Beberapa tanda orang yang mengalami tersedak benda asing, yaitu
  •  ketidakmampuan untuk berbicara
  • Sulit bernafas
  • Ketidakmampuan untuk batuk
  •  Kulit, bibir, dan kuku jadi brwarna biru (membiru)
  • Hilangnya kesadaran

Manajemen yang dilakukan ketika terdapat seseorang yang tersedak :
  1. Berikan 5 pukulan pada punggung diantara tulang belikat (Scapula) dengan menggunakan tumit tangan
  2. Lakukan 5kali tekananpada perut (maneuver Heimlich)
  3.  Lakukan kedua hal diatas bergantian sampai benda asing keluar. American Heart Association tidak menyarankan dilakukan pukulan di punggung, hanya menyarankan Heimlich maneuver
Cara melakukan maneuver Heimlich kepada seseorang : Berdiri di belakang pasien.
  1.  Lingkarkan tangan kita pada pinggang korban. Iringkan seseorang sedikit kedepan
  2. Membuat satu kepalan pada satu tangaN
  3. Kepal kepalan tangan dengan tangan lain. Tekan yang kuat pada perut dengan cepa, dan mengarah sedikit keatas (seperti akan mengangkat seseorang)
  4. Lakukan 1 siklus menuver heimlich, yang terdiri dari 5 tekanan. Jika benda asing tersebut masih tersangkut, maka lakuan satu siklus kembali


Cara melakukan maneuver Heimlich pada diri sendiri :
  1. Tempatkan kepalan tangan pada perut
  2.  Dorong kedalam dan keatas
video heimlich manuver



Catatan :
  •           Apabila, pasien atau korban nya wanita hamil atau orang yang obesitas, posisikan kepalan tangan sedikit lebih tinggi, kira – kira di dasear atau bagian bawah tulang dada.


Referensi :