Pages - Menu

Pages

Sabtu, 22 September 2012

MAXILLO FACIAL TRAUMA (TRAUMA WAJAH)



Trauma pada struktur anatomi maxillofacial sangat membutuhkan perahatian khusus. Hal ini dikarenakan muka mendukung beberapa fungsi tubuh yang vital,seperti melihat, mendengar, membau, bernafas, makan,berbicara.Regio maxillofacial dibagi menjadi 3 bagian :

  • Upper face : fraktur (patah tulang) mencngkup os frontal dan sinus frontal
  • Midface : midface dibagi menjadi 2 bagian
    • Upper part, terdiriatas os nasal, os zygomaticus, os ethmoid,bagian os axilla yang tidak ada gigi nya. Pada bagian ini terjadi fraktur os maxilla tipe Le Fort II dan Le Fort II, yang mencangkup fraktur pada os nasal, komplek nasoethmoidal atau kompleks Zygomaticomaxillari dan dinding orbital
    • Lower midface : trdiri dari alveolus maxilla, gigi, dan terjadi frkatur maxilla tipe Le Fort I
  • Lower face : Terdiri dari mandibula

Frekuensi
Lebih dari 3 juta orang di amerika mengalami trauma / cidera seperti ini.

Etiologi
Facial trauma pada daerah urban disebabkan oleh perkelahian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan kecelakaan industry. Penyebab lain yan penting meliputi, trauma penetrasi (luka pisau atau luka tembak), domestic violence, dan kekerasan pada anak dan orang tua
Os nasal, mandibula, dan zygoma, merupakan tulang yang paling sering mengalami frakturselama perkelahian.


Patofisiologi
Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau low impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi. Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan kerusakan dan masing masing region berbeda – beda. Margo Supraorbital, maxilla, dan mandibula (bagian syimphisis dan angulus) dan frontal membutuhkan gaya yang high impact agar bias mengalami kerusakan. Sedangkan os zygoma dan os nasal dapat mngalami kerusakan hanya dengan terkena gaya yang low impact.

Berikut ini masing – masing penyebab fraktur pada maxilla facial trauma :
  • Fraktur os frontal : Disebabkan oleh pukulan yang keras pada bagian dahi. Mencangkup Tabula anterior dan tabula posterior sinus frontalis. Apabila tabula posterior mengalami fraktur, diperkirakan akan menyebabka luka pada dura mater (meninges). Selain itu sering juga terjadi kerusakan duktus naso frontal
  • Fraktur dinding bawah / lantai orbita : cidera pada lantai orbita dapat terjadi sebagai fraktur yang sendiri, namun dapat juga menyebabkan fraktur dinding medial.  Adanya fraktur tersebut menyebabkan adanya peningkatan tekanan pada intraorbita yang dapat merusak aspek terlemah dari dinding orbit, yaitu dinding medial dan lantai. AKibatnya herniasi dari struktur yang terdapat didalam orbita ke dalam sinus maxillary dapat terjadi dan insidensi yang tinggi pada cidera mata, namun bulbus oculi jarang sapai rupture.
  • Fraktur nasal : disebabkan oleh gaya yang ditransmisikan oleh trauma langsung
  • Fraktur nasoethmoidal : perluasan dari tulang nasal hingg tulang etmoid dan dapat mnyebabka kerusakan canthus medial mata, apparatus lacrimal ata ductus nasofronta lis. Dapat juga menyebabkan laserasi pada lamina cribrosa os frontal
  • Fraktur arcus zygomaticus : disebabkan karena pukulan langsung pada arcus zygomaticus  dapat mnyebabkan fraktur pada sutura zygomaticotemporal
  • Fraktur kompleks zygomaticomaxilla : fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung. Garis fraktur meluas melalui sutura zygomaticotemporal, zygomaticofrontal, zygomaticomaxlla dan artikulasi dengan ala magna os sphenoid. Garis fraktur biasanya meluas hingga foramen intraorbita dan lantai orbita. Cidera ocular yang bersamaan juga sering terjadi.
  • Fraktur maxilla : Diklasifikasikan menjadi Le Fort I, II atau III
    • Fraktur Le Fort I merupakan fraktur maxilla horizontal yang menyilangi aspek inferior  maxilla dan memisahkan procesus alveolar yang mengandung gigi maxilla dan  palatum durum dari bagian lain maxilla. Fraktur meluas melalui 1/3 bawah septum dan mecangkup sinus maxilla medial dan lateral meluas ke os alatum dal pterigoid
    • Fraktur Le Fort II merupakan fraktur pyramidal yang dimulai dari os nasal dan meluas melalui os etmoid dan os lacrimal, turun kebawah melalui sutura zygomaticofacial, berlanjut ke posterior dan lateral melalui maxilla, dibawah zygomaticus dan kedalam pterigoid
    • Fraktur Le Fort III atau disebut juga craniofacial dysjunction  merupakan terpisahnya semua tulang muka dari basis crania dengan fraktus simultan zygoma, maxilla, dan os nasal. Garis fraktur meluas ke posterolateral melaui os etmoid, orbits, dan sutura pterygomaxilla samapi kedalam fossa sphenopalatina.
  • Fraktur Mandibula : Dapat terjadi pada banyak lokasi disebabkan  bentuknya  yang seperti huruf U dan lemahnya  condylar neck. Fraktur dapat terjadi bilateral pada tepat yang terpisah dari tempat mengalami trauma langsung.
  • Fraktur Alveolar : dapat terjadi akibat gaya Low impact atau dapat disebabkan dari perluasan garis fraktur melalui porsio alveolar dari maxilla dan mandibula
  • Fraktur panfacial : biasanya disebabkan akibat mekanisme yang high impact yang menyebabkan cedera pada wajah bagian atas, mid face, dan lower face. Farktur ini dapat teriri dari 3 dari 4 unit facial. 



Presentasi klinis
Fraktur os frontal
Presentasi : gangguan atau adanya krepitasi pada margo supraorbita, emphsema subcutan dan parestesia nervus supraorbita dan nervus supratrochlear. Pada pasien yang sadar, nyeri wajah merupakan gejala yang lazim. Laserasi, kontusio atau heatoma pada dahi  merupakan tanda cidera sinus frontal. Depresi yang tampak pada dahi merupakan tanda yang penting, namun dapat dengan mudah tidak teramati pda presentasi akut karena berkaitandengan edema jaringan luna. CSF (Cerebrospinal fluid) rhinorrhea. Halo sign atau B2 – transferring untuk konfimasi kebocoran

Fraktur lantai orbita
Presentasi : edemaperiorbita, crepitasi, ecch mosis, enophtalmos dan cidera ocular. Nervus infraorbita sering juga mengalami kerusaka kerusakan nervus infraorbita dapat mnyebabkan paresthesia atau anesthesia pada sisi lateral hidung, bibir bagian atas dan g inggiva maxilla pada sisi yang terkena.  Adanya disfungsi pergerakan bola mata ke atas dank e arah lateral akibat terjebaknya musculus rectus inferior. Apabila entrapment nervus terjadi, intervensi surgical emergency harus segera dilakuakan, untuk mencegah atrofi m.rectus inferior.

Fraktur nasal
Presentasi : hidung mengalami edema dan nyeri tekan, terdapat displacement, crepitasi dan epitaxis. Inspeksi septum untuk ekslusi septal hematomayang terjadi pada anak.

Fraktur Nasoethmoidal
Presentasi : Telecathus (peningkatan jarak antara canthus medial kedua mata), epitaxis, cerebrospinal fluid rhinorrhea, dan epiphora yang disebabkan oleh terhalangnya ductus naso lacrimal


Fraktur arcus zygomaticum
Presentasi : nyeri saat palpasi dan keterbatasan gerak mandibula disebabkan interferensi pergerakan processus coronoideus mandibula pada pemeriksaan fisik

Fraktur kompleks zygomaticomaxilla
Presentasi : depersi malar, pendataran tulang pipi, nyeri tekan penonjolan zygoma. Flame sign : jerusakan dan depresi tendon canthal lateral, pendarahan sub conjunctival, paresthesi pada sisi lateral hidung dan bibir bagian atas, diplopia akibat m. rectus inferior, intraoral ecchimosis


Faktur maxilla
Presentasi :
Le Fort I : edema facial dan mobilitas padi palatum durum dan alveolus maxilla dan gigi
Le Fort II : Edem Facial, Tele canthus, pendarahan subconjunctival, mobilitas maxilla, pada sutura nasofrontal,epitaxis, dan kemungkinan rhinorrea CSF
Le Fort III : Edema massive, dengan wajah tampak membulat, memanjang da mendatar, Epitaxis, rhinorrea CSF, dan pergerakan tulang wajah akibat manipulasi gigi, dan palatum durum

Fraktur Alveolus
Presentasi : pendarahan gingival, mobilitas alveolus, dan longgarnya gigi

Fraktur Mandibula
Presentasi : Fraktur Condilus (tampak nyeri saat palpasi anterior Meatus acusticus externa), COnylus yang fraktur gak akan bergerak ketika mandibula membuka atau menutup. Fitur yang lazim: nyeri saat menggerakan rahang, malocculusi gigi, dan ketidak mampuan membuka mulut, mobilitas dan crepitasi pada symphisis,angulus atau corpus. Intraoral edema, ecchymosis, pendarahan gusi. Kerusakan nervus alveolar,mencangkup rus mental dapat menyebabkan paresthesia atau anesthesia setengah dar bibir bagian bawah, gigi dan gusi.

Jumat, 21 September 2012

TATA LAKSANA PASIEN YANG TERSEDAK (CHOKING management)


Tersedak (Choking ) terjadi ketika benda asing tersangkut pada tengorokan, dan menghalangi aliran udara.
Beberapa tanda orang yang mengalami tersedak benda asing, yaitu
  •  ketidakmampuan untuk berbicara
  • Sulit bernafas
  • Ketidakmampuan untuk batuk
  •  Kulit, bibir, dan kuku jadi brwarna biru (membiru)
  • Hilangnya kesadaran

Manajemen yang dilakukan ketika terdapat seseorang yang tersedak :
  1. Berikan 5 pukulan pada punggung diantara tulang belikat (Scapula) dengan menggunakan tumit tangan
  2. Lakukan 5kali tekananpada perut (maneuver Heimlich)
  3.  Lakukan kedua hal diatas bergantian sampai benda asing keluar. American Heart Association tidak menyarankan dilakukan pukulan di punggung, hanya menyarankan Heimlich maneuver
Cara melakukan maneuver Heimlich kepada seseorang : Berdiri di belakang pasien.
  1.  Lingkarkan tangan kita pada pinggang korban. Iringkan seseorang sedikit kedepan
  2. Membuat satu kepalan pada satu tangaN
  3. Kepal kepalan tangan dengan tangan lain. Tekan yang kuat pada perut dengan cepa, dan mengarah sedikit keatas (seperti akan mengangkat seseorang)
  4. Lakukan 1 siklus menuver heimlich, yang terdiri dari 5 tekanan. Jika benda asing tersebut masih tersangkut, maka lakuan satu siklus kembali


Cara melakukan maneuver Heimlich pada diri sendiri :
  1. Tempatkan kepalan tangan pada perut
  2.  Dorong kedalam dan keatas
video heimlich manuver



Catatan :
  •           Apabila, pasien atau korban nya wanita hamil atau orang yang obesitas, posisikan kepalan tangan sedikit lebih tinggi, kira – kira di dasear atau bagian bawah tulang dada.


Referensi :